Kamis, 20 Maret 2014

JENIS-JENIS PENELITIAN



A.    Menurut Bidangnya
1.      Penelitian Akademis
Penelitian akademis adalah penelitian yang dilakukan oleh para mahasiswa dalam membuat skripsi, tesis, disertasi. Penelitian ini merupakan sarana edukatif sehingga lebih mementingkan validitas internal (caranya yang harus betul). Variabel penelitian terbatas dan kecanggihan analisis disesuaikan dengan jenjang pendidikan S1, S2, S3.
2.      Penelitian Professional
Penelitian profesioanal adalah penelitian yang dilakukan oleh orang yang berprofesi sebagai peneliti (termasuk dosen). Tujuannya adalah mendapatkan pengetahuan (ilmu, teknologi, dan seni) baru. Variabel penelitian lengkap, kecanggihan analisis disesuaikan dengan kepentingan masyarakat ilmiah. Penelitian dilakukan dengan cara yang betul (validitas internal) dan hasilnya dapat berguna untuk pengembangan ilmu.
3.      Penelitian Institusional
Penelitian institusional adalah penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk pengembangan lembaga. Hasil penelitian akan sangat berguna bagi pimpinan untuk pembuatan keputusan. Hasil penelitian lebih menekankan pada validitas eksternal (kegunaan), variable lengkap (kelengkapan informasi), dan kecanggihan analisis disesuaikan untuk pengambilan keputusan.
B. menurut sifat
1.      Penelitian Murni (Penelitian Dasar)
Penelitian murni (penelitian dasar) adalah penelitian yang dilakukan diarahkan sekedar untuk memahami masalah dalam organisasi secara mendalam (tanpa ingin menerapkan hasilnya). Penelitian dasar bertujuan untuk mengembangkan teori dan tidak memperhatikan kegunaan yang langsung bersifat praktis. Penelitian ini biasanya dilakukan di laboratorium. Jadi penelitian murni/dasar berkenaan dengan penemuan dan pengembangan ilmu.
Tujuan
1. Penelitian diadakan untuk kepuasan peneliti.
2. Peneliti secara bebas memilih permasalahan dan subyek penelitian.
3. Penelitian diadakan berdasarkan norma absolut penelitian yang dibuat oleh peneliti.
4. Fokus penelitian pada logika dan rancangan penelitian yang dibuat oleh peneliti.
5. Tujuan utamanya adalah untuk menyumbangkan pengetahuan teoritis dasar.
6. Keberhasilan dinilai ketika hasil penelitian dimuat dalam jurnal dan memiliki pengaruh pada komunitas ilmuan lain.

2.      Penelitian Terapan
Penelitian terapan adalah penelitian yang diarahkan untuk mendapatkan informasi yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah. Penelitian terapan dilakukan dengan tujuan menerapkan, menguji, dan mengevaluasi masalah-maslah praktis sehingga dapat dimanfaatkan untuk kepentingan manusia, baik secara individual maupun kelompok. Masalah penelitian terapan ditetapkan untuk mencari solusi yang dapat dimanfaatkan manusia. Oleh karena itu, hasil pnelitiannya berupa jawaban nyata dan dapat dirasakan langsung oleh masyarakat yang dituju. Penelitian terapan dalam pendidikan, misalnya, berkaitan dengan peningkatan kualitas strategi, teknik, dan model pembelajaran, atau peningkatan minat dan motivasi belajar siswa.

C.   Menurut tingkat Eksplanasi
Tingkat eksplanasi adalah tingkat penjelasan. Jadi penelitian menurut tingkat eksplanasi adalah penelitian yang bermaksud menjelaskan kedudukan variabel-variabel yang diteliti serta hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain.
1.      Penelitian Deskriptif
Penelitian deskriptif adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengumpulkan informasi mengenai status suatu gejala yang ada, yaitu keadaan gejala menurut apa adanya pada saat penelitian dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2005 : 234). Penelitian ini bertujuan menjelaskan fenomena dengan menggunakan angka-angka untuk mencandrakan karakteristik individu atau kelompok. Penelitian deskriptif menilai sifat dari kondisi-kondisi yang tampak. Tujuan penelitian dibatasi untuk menggambarkan karakteristik sesuatu sebagaimana adanya.
Penelitian deskriptif adalah penelitian tentang fenomena yang terjadi pada masa sekarang. Prosesnya berupa pengumpulan dan penyusunan data, serta analisis dan penafsiran data tersebut. Penelitian deskriptif dapat bersifat komparatif dengan membandingkan persamaan dan perbedaan fenomena tertentu; analitis kualitatif untuk menjelaskan fenomena dengan aturan berpikir ilmiah yang diterapkan secara sistematis tanpa menggunakan model kuantitatif; atau normatif dengan mengadakan klasifikasi, penilaian standar norma, hubungan dan kedudukan suatu unsur dengan unsur lain.
Dalam penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya” tentang suatu variabel, gejala, atau keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian ini ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah bahwa penelitian deskriptf tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
            Contoh :
            Peneliti mengamati bahwa di kelurahan tempat mereka tinggal terdapat banayak sekali anak-anak kecil berjualan di terminal bus dan di stasiun. Peneliti yang kebetulan seorang guru bertanya dalam hati kapan anak-anak ini sekolah karena menurut perkiraanya mereka masih dalan usia sekolah dasar. Di dalam benak guru peneliti ini berjejal pertanyaan mengenai nasib anak-anak kecil yang disangka terpaksa berjualan seperti itu.
Penelitian yang dilakukannya merupaka penelitian deskriptif karena :
(a)    Penelitian ini tidak bermaksud untuk menguji hipotesis tetapi hanya ingin mengetahui keadaan tentang anak-anak kecil yang berjualan tersebut misalnya:
1)            Apakan anak-anak kecil itu sekolah?
2)            Jika tidak apa sebabnya, dan bagaimanakah masa depan mereka?
3)            Jika bersekolah lalu kapan mereka ini belajar, atau bagaimana mereka membagi waktu?
(b)   Peneliti tidak ingin menghubungkan variabel yang satu dengan variabel yang lain, tetapi hanya ingin mengetahui keadaan masing-masing variabel secara lepas.
Informasi yang diperoleh dari penelitian ini barangkali dapat digunakan untuk merancang pendirian sekolah dengan pendekatan non tradisional, misalnya belajar dengan modul. Dalam sistem modul; anak-anak dapat belajar dalam waktu yang tidak terikat oleh jadwal waktu. Modul yang harus dipelajari dapat dipinjam dan dipelajari kapan saja, di mana saja sehingga walaupun berjualan merea masih dapat belajar.
2.      Penelitian Komparatif
Penelitian komparatif adalah suatu penelitian yang bersifat membandingkan. Variabelnya masih sama dengan penelitian variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu, atau dalam waktu yang berbeda. Di dalam penelitian komparatif, peneliti melakukan penyelidikan apakah terdapat perbedaan antara dua atau lebih kelompok terhadap fenomena yang sedang dipelajai. Seperti dalam penelitian deskriptif, dalam penelitian ini tidak ada manipulasi atau kontrol langsung terhadap hal yang diteliti.
Contoh :
Peneliti ingin mengetahui apakah terdapat perbedaan jenis karangan antara siswa laki-laki dan perempuan; perbandingan tingkat pemahaman wacana antara anak yang membaca dengan menggunakan musik dan anak yang membaca tanpa mendengarkan musik.
3.      Penelitian Asosiatif
Penelitian asosiatif merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih. Dengan penelitian ini maka akan dapat dibangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan, meramalkan dan mengontrol suatu gejala.

D. BERDASARKAN PARADIGMA
1.      Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang berlandasakan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara random, pengumpulan data menggunkan instrumen peneltitan, analisis data bersifat kuantitatif/statistik dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Metode kuantitatif dinamakan metode tradisional karena metode ini sudah cukup lama digunakan sehingga sudah mentradisi sebagai metode untuk penelitian. Metode ini disebut sebagai metode positivistik karena berlandasakan pada filsafat positivisme. Metode ini sebagai metode ilmiah/scientific karena telah memenuhi kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan sistematis. Metode ini juga disebut metode discovery, karena dengan metode ini dapat ditemukan dan dikembangkan berbagai iptek baaru. Metode ini disebut metode kuantitatif karena data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan statistik.
2.      Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif adalah penelitian yang berlandasakan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi objek yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) di mana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel sumber data dilakukan secara purposive dan snowboll, teknik pengumpulan dengan triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil peneltian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi. Metode peneltian kualitatif dinamakan sebagai metode baru, karena popularitasnya belum lama, dinamakan metode postpositivisme karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Metode ini disebut juga sebagai metode atistik karena proses penelitian lebih bersifat seni (kurang berpola), dan disebut sebagai metode interpretive karena data hasil penelitian lebih berkenaan dengan interpretasi terhadap data yang ditemukan di lapangan. Metode penelitian kualitatif sering disebut metode penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alamiah (natural setting); disebut juga sebagai metode ethnographi, karena pada awalnya metode ini lebih banyak digunakan untuk  penelitian bidang antropologi budaya; disebut sebagai metode kualitatif, karena data yang terkumpul dan analisisnya lebih bersifat kualitatif.
 Berdasarkan tempat
1. PENELITIAN LABORATORIUM
Penelitian yang dilakukan di laboratorium dengan berbagai percobaan.

2. PENELITIAN KEPUSTAKAAN
Penelitian yang dilakukan di perpustakaan dengan mengumpulkan data-data atau informasi dari berbagai literatur.

3. PENELITIAN LAPANGAN atau KANCAH
Penelitian yang dilakukan pada masyarakat atau objek-objek tertentu di masyarakat. Peneliti harus terjun ke objek yang ditelitinya.

Menurut metode
Menurut Metode
1.      Penelitian Survey
Penelitian survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar maupun kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi tersebut, sehingga ditemukan kejadian-kejadian relatif, distribusi, dan hubungan-hubungan antar variabel sosiologis maupun psikologis. Penelitian survey dilakukan untuk mencari keterangan yang faktual dan memperoleh fakta dari gejala yang ada. Selain itu, penelitian survey dapat digunakan untuk mendapatkan data dari tempat tertentu yang alamiah (bukan buatan), tetapi peneliti melakukan perlakuan dalam pengumpulan data, misalnya dengan mengedarkan kuesioner, test, wawancara terstruktur, dan sebagainya. Hasil dari penelitian suvey dipakai untuk pembuatan rencana dan pengambilan keputusan. Contohnya adalah seorang pengusaha batu baterei yang mengamati semua faktur penjualan salama satu tahun untuk mengetahui baterei warna apa dan ukuran manakah yang paling banyak digemari oleh masyarakat.
2.      Penelitian Expostfacto
Penelitian expostfacto adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristiwa yang telah terjadi yang kemudian merunut ke belakang untuk mengetahui faktor-faktor yang dapat menimbulkan kejadian tersebut. Penelitian expostfacto digunakan untuk menyelidiki hubungan sebab akibat yang mana antarvariabel tidak bisa dimanipulasi oleh peneliti. Penyelidik mendesain penelitian untuk membandingkan dua atau lebih sample yang memungkinkan dipelajari setelah perilaku atau kondisi tertentu terjadi. Peneliti tidak memanipulasi apa yang terjadi pada subjek tetapi peneliti memfokuskan pada apa yang telah terjadi secara berbeda pada kelompok subjek. Sebagai contoh, penelitian tentang pengaruh kebiasaan membaca orangtua terhadap minat membaca siswa. Salah satu variabel di atas, yaitu kebiasaan membaca orangtua tidak bisa dimanipulasi sehingga peneliti melihat pengaruhnya setelah kondisi tersebut terjadi.
3.      Penelitian Eksperimen
Penelitian eksperimen adalah suatu penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel yang lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Variabel independennya dimanipulasi oleh peneliti. Penelitian ini bertujuan untuk menemukan hubungan sebab-akibat dan pengaruh faktor-faktor pada kondisi tertentu. Dalam bentuk yang paling sederhana, pendekatan eksperimen ini berusaha untuk menjelaskan, mengendalikan, dan meramalkan fenomena seteliti mungkin. Dalam penelitian eksperimen banyak digunakan model kuantitatif.
Menurut Sukardi (2003) penelitian eksperimen merupakan metode inti dari penelitian yang ada. Ini disebabkan dalam metode ini peneliti melakukan penelitian dengan tiga persyaratan yang dipenuhi. Ketiga persyaratan tersebut, yaitu persyaratan mengontrol, memanipulasi, dan mengobservasi. Dalam penelitian ini peneliti harus membagi subjek yang diteliti menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang mendapatkan perlakuan dan kelompok yang tidak memperoleh perlakuan. Pada penelitian eksperimen terdapat pengujian hipotesis untuk menentukan kondisi setelah dilakukan manipulasi, misalnya berupa suatu perlakuan.
Contoh :
Pengaruh model pembelajaran interaktif dalam membaca terhadap kemampuan membaca siswa dalam kondisi dikontrol secara ketat.
Dalam penelitian eksperimen terdapat kelompok yang disebut kelompok eksperimen, yaitu kelompok yang sengaja dipengaruhi oleh variable-variabel tertentu. Pada contoh ini, kelompok yang dipengaruhi adalah kelompok yang diberi pembelajaran membaca melalui model interaktif. Di samping itu adapula kelompok kontrol, yaitu kelompok yang tidak dipengaruhioleh variabrl itu. Dalam contoh di atas kelompok kontrol adalah siswa ygn tidak dipengaruhi oleh model interaktif dalam pembelajaran membaca. Adanya kelompok kontrol dimaksudkan sebagai pembanding sehingga tampak ada atau tidak adanya perubahan yang diakibatkan oleh pengaruh variabel yang diujicobakan.
4.      Penelitian Kebijakan
Penelitian kebijakan adalah suatu proses penelitian yang dilakukan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar, sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah.
5.      Penelitian Tindakan
Penelitian tindakan merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengembangkan metode kerja yang paling efisien, sehingga biaya produksi dapat ditekan dan produktifitas lembaga dapat meningkat. Tujuan utama penelitian ini adalah mengubah: 1) situasi, 2) perilaku, 3) organisasi termasuk struktur mekanisme kerja, iklim kerja, dan pranata.
6.      Penelitian Pengembangan
Penelitian pengembangan merupakan metode penelitian yang digunakan untuk mengembangkan atau memvalidasi produk-produk yang digunakan dalam pendidikan dan pembelajaran. Selanjutnya menurut Borg and Hall dalam Sugiyono (2007) menyatakan bahwa pada umumnya penelitian pengembangan bersifat longitudianal (beberapa tahap). Untuk penelitian analisis kebutuhan sehingga mampu dihasilkan produk yang bersifat hipotetik sering digunakan metode penelitian dasar (basic research). Selanjutnya untuk menguji produk yang masih bersifat hipotetik tersebut, digunakan eksperimen, atau action research. Setelah produk teruji, maka dapat diaplikasikan. Proses pengujian produk dengan eksperimen tersebut, dinamakan penelitian terapan (applied research).

Menurut Metodenya penelitian dapat dibedakan menjadi:
  • Penelitian Historis atau penelitian sejarah adalah kegiatan penelitian yang difokuskan untuk menyelidiki, memahami, dan menjelaskan keadaan yang telah lalu. Tujuan penelitian historis adalah untuk merumuskan kesimpulan mengenai sebab-sebab, dampak, atau perekmbangan dari kejadian yang telah laiu yang dapat dipergunakan untuk menjelaskan kejadian sekarang dan mengantisipasi kejadian yang akan datang. Contohnya penelitian untuk mengetahui bagaimana perkembangan peradaban masyarakat tertentu, penelitian tentang mengapa suatu produk dimasa laiu menjadi andalan.
  • Penelitian Survey adalah penelitian yang dilakukan pada populasi besar atau kecil tetapi data yang dipelajari adalah data dari sampel yang diambil dari populasi. Penelitian survey umumnya dilakukan untuk mengambil suatu generalisasi dari pengamatan yang tidak mendalam. Jika sampel yang diambil adalah representatif maka generalisasinya kuat. Contoh penelitian tentang kecenderungan masyarakat dalam memilih pemimpinnya, penelitian pengaruh anggaran pendidikan terhadap kualitas SDM di negeri ini, penelitian tentang kecenderungan konsumem dalam memilih suatu jenis produk.
  • Penelitian Ex Post Facto adalah penelitian yang dilakukan untuk meneliti peristivva yang telah terjadi dan kemudian merunut kebelakang guna mengetahui faktor-faktor penyebab timbulnya kejadian. Penelitian ini menggunakan logika jika x maka y. Namun demikian dalam penelitian tidak dilakukan manipulasi variabel. Contohnya penelitian untuk mengungkap sebab terjadinya kerusuhan disuatu daerah, penelitian tentang sebab terjadinya banyak siswa yang tidak lulus ujian, penelitian tentang sebab banyaknya produk yang tidak terjual.
  • Penelitian Eksperimen adalah penelitian yang berusaha mencari pengaruh variabel tertentu terhadap variabel lain dalam kondisi yang terkontrol secara ketat. Ada empat bentuk eksperimen yaitu pre experimenta:, true experimental, factorial, dan quasi experimental. Contoh penelitian mengenai pengaruh penggunaan metode mengajar A terhadap hasil belajar siswa, penelitian tentang pengaruh metode promosi terhadap jumlah penjualan, dan lain-lain.
  • Penelitian Evaluasi (evaluation research) adalah penelitian yang diharapkan dapat memberikan masukan atau mendukung pengambilan keputusan tentang nilai relatif dari dua atau Iebih alternatif tindakan. Jadi penelitian evaluasi adalah penelitian yang dilakukan untuk pengambilan keputusan. Contoh penelitian tentang efektivitas pelaksanaan KBK di sekolah X, penelitian tentang kebijakan link and match, dan lain-lain.
  • Penelitian Pengembangan (research development) adalah merupakan penelitian untuk mengembangkan produk sehingga produk tersebut menjadi lebih balk. Tujuan penelitian pengembangan bukan untuk memformulasi atau menguji hipotesis, melainkan untuk mendapatkan produk baru atau proses baru. Contoh penelitian tentang kemungkinan mengembang-kan produk A menjadi produk A plus.
  • Penelitian Tindakan (action research) adalah suatu bentuk penelitian refleksi-diri yang dilakukan oleh para partisipan misalnya guru, siswa atau kepala sekolah, dalam situasi­situasi sosial (termasuk pendidikan). Penelitian tindakan bertujuan untuk memecahkan masalah melalui aplikasi metode ilmiah, bukan untuk memberi kontribusi pada ilmu pengetahuan. Contoh penelitian tentang mencari mengajar yang paling tepat untuk siswa kelas ii SMA, penelitian tentang prosedur dan metode kerja dalam pelayanan masyarakat.
  • Penelitian Naturalistik adalah penelitian yang digunakan untuk kondisi obyektif alamiah dimana peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secar.-a triangulasi, analisis data bersifat induktif, dan hasil penelitian lebih menekankan makna, bukan generalisasi. Contoh penelitian tentang makna upacara ritual dari kelompok masyarakat tertentu, penelitian untuk menemukan faktor­faktor penyebab terjadinya korupsi, dan lain-lain.
  • Penelitian Kebijakan adalah penelitian yang dilakukan untuk kepentingan pengambilan kebijakan. Penelitian ini dilakukan karena adanya masalah bagi organisasi atau para pengambil keputusan. Penelitian ini dilakukan terhadap masalah­masalah sosial yang mendasar sehingga temuannya dapat direkomendasi-kan kepada pengambil keputusan. Contoh penelitian untuk membuat undang-undang atau peraturan, penelitian untuk mengembangkan struktur organisasi, dan lain-lain.
·         Penelitian dapat ditinjau dari pendekatan longitudinal (pendekatan bujur) dan pendekatan cross sectional (pendakatan silang). Jika kita hubungkan dengan pengambilan data secara kontinu, maka pendekatan cross sectional (silang) merupakan kompromi antara one-shot method (menembak satu kali terhadap satukasus) dan longitudinal method (menembak beberapa kali terhadap kasus yang sama).
·         Penelitian juga dapat ditinjau dari bidang ilmu. Ragam penelitian ditinjau dari bidangnya adalah pendidikan terhadap pendidikan (lebih sempit dari pendidikan guru, pendidikan ekonomi, pendidikan kesehatan), keteknikan, ruang angkasa, pertanian, perbankan, kedokteran, keolahragaan, dan sebainya. Penelitian yang dapat ditinjau dari tempatnya yaitu penelitian yang paling banyak dilakukan adalah penelitian kancah atau penelitian lapangan.
·         Pendidikan juga dapat ditinjau dari hadirnya variabel. Variabel adalah hal-hal yang menjadi objek penelitian, yang ditatap dalam suatu kegiatan penelitian yang menunjukan variasi, baik secara kuantitatif maupun kulitatif. Penelitian yang dilakukan dengan menjelaskan atau menggambarkan veriabel masa lalu dan sekarang adalah penelitian deskriptif.

Selasa, 11 Maret 2014

Bahasa Jawa, Bahasa Kebudayaan

Bahasa Jawa, Bahasa Kebudayaan


Kebudayaan Jawa disimbolisasikan dengan dua kerajaan besar, yang mempengaruhi sendi-sendi kehidupan kultural masyarakatnya. Kerajaan besar itu adalah kraton Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta. Kerajaan ini telah menciptakan berbagai macam kebudayaan yang sangat melekat di masyarakatnya bahkan sampai penjuru dunia. Seperti adat grebeg sura yang cukup menyedot masyarakat jawa pada khususnya dan bahkan turis manca negara.
Selain dua kerajaan besar tersebut, budaya jawa kental dengan pertunjukkan wayang kulit. Kebudayaan ini telah mengalami akulturasi sejak Sunan Kalijaga menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Kebudayaan Jawa juga lekat dengan adat pengantin dengan berbagai proses tradisi. Di mana adat pengatin ini merupakan salah satu kebudayaan yang mampu “dijual” kepada turis mancanegara.
Dari berbagai contoh adat di atas peran bahasa menjadi sangat penting dan memegang peran sangat vital, karena dengan bahasa, kebudayaan di komunikasikan ke masyarakat lokal maupun internasional. Bahasa dalam hal ini bahasa jawa yang mungkin bisa dibilang telah luntur dari kaum muda Jawa. Bahasa bagi kaum muda hanya sebagai bahasa ibu, padahal bahasa jawa mempunyai kekuatan tradisi yang luar biasa. Bahasa jawa adalah bahasa kebudayaan.
Bahasa jawa sebagai bahasa kebudayaan adalah bahasa sebagai bagian dari proses kehidupan sehari-hari maupun simbol dari berbagai prosesi tradisi yang berkembang. Lebih dari itu bahasa jawa merupakan bagian dari alat untuk menyebarkan berbagai wulangan (ajaran) dengan dibuktikan oleh berbagai kitab yang ditulis raja-raja jawa. Dengan demikian, bahasa jawa bukan semata-mata bahasa pergaulan akan tetapi bahasa jawa adalah bahasa kebuadayaan yang harus dilestarikan.
Ada sebuah istilah kalau ingin memahami betul peradaban arab maka belajarlah bahasa arab. Begitu juga dengan belajar budaya jawa maka anda paling tidak harus memahami bahasa jawa. Kalau kita paham bahasa jawa kita akan dengan mudah mencerna seorang dhalang melakonkan cerita wayang, atau kita memahami maksud dari berbagai ritual dalam tradisi pengantin jawa dan bahkan kita akan mudah belajar sulitnya gendhing jawa dengan berbagai aturan-aturannya yang membuat indahnya alunan nada.
Sekolah sebagai bagian dari institusi pendidikan perlu melakukan reformasi pembelajaran dan reformasi kurikulum berkaitan dengan pembelajaran bahasa jawa. Bahasa jawa merupakan materi muatan lokal hendaknya memiliki perhatian khusus ditingkat sekolah. Kecerdasan bahasa jawa yang dimiliki sekolah masih menjadi kecerdasan lokal anak belum menjadi kecerdasan institusional. Misalnya adanya lomba wayang kulit anak usia sekolah, atau lomba geguritan dan lomba pidato bahasa jawa masih sebatas pada anak tertentu.
 Selain permasalahan status pelajaran, kurikulum, dan guru, pelajaran bahasa jawa merupakan yang dianggap pelajaran sulit bagi kebanyakan siswa dibandingkan mata pelajaran lain. Media pembelajaran yang terbatas dan tidak menarik menjadi permasalahan terhambatnya pelajaran bahasa jawa.
Dari berbagai permasalahan yang muncul, bukan sekedar masalah perlu dan tidak perlu pelajaran ini dilestarikan, akan tetapi bahasa jawa sebagai bagian dari sebuah prose memenuhi kebutuhan bagi anak didik khususnya yang memiliki kecerdasan bahasa (jawa).
Melestarikan bahasa Jawa sebagai bahasa kebudayaan.


Penulis : Guntur Cahyono

Senin, 10 Maret 2014

ADAT TRADISI JAWA

Para sutresna Budaya, saderengipn kula ngaturaken bab adat Upacara manten, kang kedadosanipun manake warni, liripun boten sanes amargi tasih sami ngegegi paugeran ingkang boten nilar suba sita. Sarta amargi sami sesambetan ing madyaning brayat agung, ingkang sedaya wau tondhonipun boten sanes anggenipun badhe kepengin ngluhuraken satunggal lan setunggalipun. Sambet kaliyan punika wau, petang kula bilih siaran RRI lajeng dados srana gerelya budaya, liripun jaman kamardikan dumuki sepriki kados-kados kabudayan Jawi nembe kalindhih kabudayan maca, ingkang kados-kados lajeng cengkah kaliyan poaugeran lan piwucal para pini sepuh. Mila Siaran bab upacara adat kang lumantar Prog IV RRI sampun dipun tampi ngguroni, nanging kepengin ndhudhah lan nggugah para sutresna budaya ing pundi papan, langkung-lakung ingkang sami nyebat tiyang jawi ( Wong JAWA) murih sampun ngatos kecalan jawinipun. Dene mligi kula pribadi ingkang kadhawuhan ngaturaken boten ateges kula badhe ngguroni panjengan sedaya. Awit sejatosipun ingkang kula gadhahi pepindhanipun sak agenging kuku kemawon dereng wonten, punika estu, namung kadereng kepengin ndherek tumut cawe-cawe murih lestariipun kabudayan Jawi ingkang adi luhung punika. Mila Panuwun kula, nyuwun para sutresna budayan sami kersa paring atur pemanggih pamrayogi, lan panyaruwe, murih warisan kabudayan Jawi ingkang adiluhung, tumuli saged kumbul malih. Kepara saged dados srana meper kabudayan manca ingkang laras kaliyan kabudayan Jawi. BEDANIPUN UPACARA MANTEN JOGJA LAN SOLO Dene wanci punika kula badhe ngaturaken mligi bab bedanipun upacara adat ingkang bade kagungan kersa mantu. Mligi Ngayogyakarta kaliyan Solo. Ingkang sampun dipun damel paugeran, ingkang sipatipun kepara nasional. Dene gambaripun Upacara makaten: No Gagrak Yogya Gagrak Solo Keterangan 1 Nontoni Nontoni Woten, sampun boten mlapah 2 Lamaran Lamaran Woten, sipatipun mana suka adat kulawarga 3 Asok tukon Asok tukon Woten, sipatipun mana suka adat keluwarga 4 Srah-srahan, Nyantri Srah-srahan Woten, sipatipun mana suka, umum sapunika sedinten utawi kalih dinten saderengipun ijab 5 Tarub Tarub Woten, sipatipun mana suka, awit wonten 3,2,1 dinten saderengipun tempuking damel utawi lijab 5 Siraman Siraman Woten, Resmi padatan benten. Solo, wonten bopongan, mande dawet lan potong rekma. Yogya bibar siraman gantos busana nyampingan grompol + nogosari 6 Midodareni Midodareni Woten, sipatipun Resmi, padatan benten. Solo wonten nebus kembar mayang 7 Ijab Ijab Woten. sipatipun Resmi menggahing nagari Panggih Panggih Woten, sipatipun Resmi atat Jawi padatan tata upacaraipun benten-benten 8 Resepsi Resepsi Woten, Siapatipun resmi, mana suka Saking sarenteten upacara wau sak perangan sampun wonten paugeran, kados antawisipun: Tata Adat upacara Siraman Tata adat upacara Panggih Tata adat Rias penganten Tata adat Model busana Penganten Dene sanesipun sipatipun tasih mana suka, tegesipun gumantung pribadi ingkang kagunan kersa..dene tetimbanganipun murih gampilipun. Mila lajeng wonten sebagian upacara dipun gabung kados conipun Nontoni sampun boten mlampah, awit lare sampun sami tetepangan Adicara Lamaran dados satunggal kaliyan asok tukon, Lan wanci punika kirang mantepin dipun wonteni tukar cicin. ( awit tukar cincin sanes tata adat Jawi ) Adicara Srah-srahan kaliyan adicara Asok Tukon Adicara Midodareni, sampun boten wonten, gantosipun dipun wonteni Upacara Srah-srahan lan ugi Asok Tukon, Mligi kang ngrasuk agami Kristiani dipun wonteni sembayangan, utawi Biston, Kang islam waosan Alqur’an Ingkang sedayan wau manut gothek ing ngakathah murih gampilipun. Namung caos wuninga mligi bab upacara Srah-srahan yen ngajeng sampun wonten upacara srah-srahan inggih srah-srahan kang werdinipun tanda sarujuking rembag antawis kulawarga setunggal lan satunggalipun, mila lajeng wonten tanda dados /jadi nggenipun nglamar. Samenika wonten upacara tukar cicin Mila Srah-srahan nalika Midodareni pemanggih kula srah-srahan calon pengaten, mila prayogi boten perlu mbekta punapa-punapa. Dene kados ingkang kula aturaken ngajeng , tasih kathah ingkang dereng dipun damel paugeran, ingkang sipatipun tasih mana suka, kados contonipun Nontoni; Lamaran Asok Tukon Srah-stahan Pasang Tarub Ugi Bab busana kagem tiyang sepuhipun lan busana pengombyong manten : Buku tamu, pager ayu/bagus, among tamu. Lan MC Makaten sawantawis atur kula sumangga para sutresna kersa nunggal kanthi paring pemanggih. Murih saged mbuka manah para kadang sutresna Budaya , mligi kang badhe kagungan kersa saged langkung terwaca. Bab Adat Nontoni Adat Nontoni punika satunggaling tata cara Jawi, mligi satunggaling kulawarga ingkang kagungan putra kakung, badhe ngersakaken putra mantu, ingkang dados inceranipun. kagem putranipun, gampilipun ingkang badhe dipun suwun dados sisihanipun putranipun Mila kulawarga kakung lajeng mbudidaya matah satunggaling wakil kulawarga utawi duta, ingkang kadhawuhan nangletaken utawi pados sisik melik, wonten dalemipun lare estri ingkang dados inceranipun wau. Mila wakil kulawarga wau sowan wonten tiyang sepuhipun lare estri , ingkang ugi nganthi putra kakungipun. Liripun samangke saged pirsa piyambah larenipun. Dene kulawarga pihak putri, sampunipun nampi rawuhipun para tamu, ing salajengipun badhe ndhawuhi putranipun putri ingkang dados wigatosing rembag kadhawuhan ngladosaken unjukan, sarta dhahar kagem para tamu wau. Liripun sageda dipun pirsani ingkang badhe ngersakaken, leres lan botenipun Adat ingkang sampun, wonten ing adicara nontoni rantamanipun: Atur Pambuka saking kulawarga. Wigatosig atur, ngaturaken kasugengan, sarta mundut pirsa wigatosipun anggenipun sami rawuh. Atur pangandikan saking pihak tamu. Wigatos atur, ngaturaken salam taklim Bpk X. Lan matur punapa ingkang dados wigatos sowan. lajeng kacaosan unjukan lan dedhaharan. Wonten adat caos unjuk punika putra putri ingkang wigatosing rembag ingkang ngladosaken. Dene putra kakung ingkang badhe ngersaken wau namung mirsani kanthi ulat manis, lan tanggap ing samita. salajengipun kulawarga pihak kakung sami nyuwun pamit, wigatosing rembak sanes wedal badhe sowan malih panutup, atur pangandikan saking kulawarga putri, lan boten kesupen atur salam taklim katurna bpk. X Salajengipun wakil kulawarga kondur, lan caos palapuran wonten ngersanipun Rama saha ibu putra kakung wau Pramila adat nontoni satunggaling adat ingkang luhur, awit upacara Nontoni boten nilar suba sita anggen sami gesang ing madyaning brayat agung kang maneka warni Punapa ingkang dipun kajengaken BIBIT, BEBET, BOBOT: Wigatosing rembag: Upacara Nontoni, satunggaling adat tiyang sepuh ingkang badhe kagungan kersa mantu, kanthi pangajab putranipun manggih begja mulya. Mila 3 prekawis kang dados tetimbangan : BIBIT, BEBET, BOBOT Sambet bab wau, lanjeng punapa werdinipun, lan punapa tasih relepan?: Saking pemanggih kula bab upacara nontoni, najan kawontena tambah maju, lare sampun sami tepang, nanging jejering tiyang sepuh kinten kula sae lan prayogi tetep cawe-cawe, paring tetimbangan. Jaman kawuri tetimbanganipun kados ingkang asring kapireng ingkang dipun wastani: BIBIT, BEBET LAN BOBOT punika Dene saking pemanggih kula tetimbang punika wonten saenipun, awit werdinipun : Bibit. Gampilipun wiji, asal-usul saking pundi utawi kulawarga kang kados pundi. Awit kula pitados bibit ingkang sae tumusipun damel brayat utawi kulawarga ugi sae, boten gampil crah utawi padudon. BEBET. Kinten kula tetimbangan punika ugi tasih perlu, awit; bebet = sipat, watak larenipun, murih saged larasing anggenipun sami bebrayan. Mila pangajabipun murih saged sami mong kinemong antawis satunggal lan satunggalipun. Mila ingkang perlu dipun emut, bilih watak dados sandhanganing tiyang , utawi dados ciri-wancinipun, boten saged ewah. BOBOT, tumanduk saged saking kapinteran, saking derajat, utawi saged kadungan raja brana. Ewa semanten kula sumanggaken. Awit sedaya ugi saking nasibing lare. Nanging yen ngemuti duk semanten dados tetimbangan bilih BIBIT, tegesipun wiji, utawi asal-usuling kulawarga, kados pundi sae lan botenipun, BEBET, tegese derajat turunipun, mligi sipat lan watakipun. BOBOT, tegesipun larasing gesang ing tembe wingking Makaten saklumit gambar adat nontoni ingkang kula mangertosi. Pramila kula sumanggakaken para sutresna budaya badhe nanggapi. Bab Adat Lamaran Kados pundi babaring adat lamaran jaman kawuri lan kados pundi prayoginipun ing wanci punika ? Adat ingkang sampun, upacara lamaran katindakaken saksampunipun angsal sisik melik, lare istri ingkang dados inceranipun cetha dereng dipun wengku kakung. Dene urutaning adicara lan uba rampening Lamaran kang baku Atur pambuka saking kulawarga Atur panglamar ( saged ngagem surat , atur pangandikan). Caos tanda katresnan ( oleh-oleh, maneka warni dhaharan saking ketan, werdinipun murit saged lengket / kelet) tumus sageda lajeng rumaket pepindhaning renggang gula kepyur pulut Caos kintun oleh-oleh yen tamu wau kondur panutup. Adat Asok Tukon Sajatosipun asok tukon, boten perlu dipun acarani, tegesipun saged sesambetan langkung prei, Dene Asok tukon kathahipun dipun dadosaken satunggal kaliyan nalika Lamaran. Lan wonten nalika Malam Midodareni Dene uba rampe asok tukon : Sanggan. Busana satunggal pengadeg kagem calon manten putri tindhih ( arta kathah sekedhikipun sumangga ) Oleh-oleh, ujude dhadharan saking ketan Yen Eyangipun tasih sugeng, dipun kantheni nyaosi pesing Bab Pasang Tarub Saking pemanggih kula Tarub, satunggaling adat mligi tiyang ingkang badhe kagungan kersa mantu. Liripun jaman kawuri kagem ngawekani yen tamu ingkang rawuh kathah. Nanging ugi kepara malah saged dados pratanda bilih ing mriku wonten ingkang kagungan kersa. Kejawi saking punika ngendikanipun para pini sepuh bilih pasang tarub satunggaling adat ngawekani dhatengipun bab-bab ingkang boten prayogi, mila tarub ugi dados satunggaling srana talak balak. Manut crita kina pasang tarub dados pratanda nyuwun dumateng ingkang jagi lingkung utawi papan mriku kawentaripun dipun sebat ingkang mbaureksa, kanthi pangajab murih tumut ngrencang-ngrencangi. Nanging ugi wonten ingkang kagungan pemanggih dados srana anggenipun nyuwun dumateng ‘Ki Jaka Tarub’ supados kersa mbantu sarta jagi anggenipun kagungan kersa murih papan wau saged cekap(amot) lan mboten nguciwani anggenipun nampi para tamu. Kejawi saking punika pasang Tarub. asring wonten ingkang ngagem petang utawi tetimbangan ingkang sipatipun dipun wastani “saat”. Dene tetimbangan wau lajeng kados-kados dados paugeran awit dinten lan wancinipun dados pathokan, lan wonten bab sanes, kados contonipun yen sareng naasipun kulawarga. mila pinanggihipun unik. Dene tetimbangan kula ingkang baken; dinten lan wekdal saged disengkuyung dening sanak sederak punapa boten, nuwun semu punika kula. Ingkang tentu kemawon boten nilar paugeran Jawi, awit wewujudan tarub wau estu damel regenging papan, kepara damel aguning budaya Jawi, sarta saged damel kajen kelingan kang kagungan kersa Pasang tarub punika saking masang tratak dan bleketepe, serta pasang tetuwuhan. Dene Tetuwuhan punika kapasang kagem regol mlebet medalipun tamu. Tutuwuhan ingkang dipun agem werni-werni, ingkang awujud who-wohan ( biji ), wit-witan, ingkang kapilih dados lambing punpa ingkang dados pangajabipun ingkang kagungan kersa. Kadosdene Pisang Raja Ayu Kelapa ganding Tebu wulung Pari lan cantle ron-ronan ; keluwih,ringin dan kroton lsp Pasang “Tratak” Jaman kawuri tratag dipun damel saking “kepang” nginggilipun katutup “bleketepe”. Bleketepe punika ; nam-naman ron klapa. Nanging samika tratak umumipun dipun gantos tenda. Tratak pinggiripun paringi “janur kuning”. Dene masangipun paugeranipun kadamel mlengkung, werdinipun amayungi. Dene tembung “janur” ngendikanipun mengku werdi saking ‘jan-nur’, tegeseipun ‘jan’ saking tembung “jane” dene ‘nur’ cahya. Mila werdinipun Cahya ingkang nyata, utawi terang sanyata. Dene werdinipun masangan janur kuning dados lambang tetenger ing wanci punika ing mriku wonten manten.( Yen wis ana janur kuning mlengkung sira aja wani ngganggu wanita iku) Salajengipun punapa kemawon uba rampe kagem damel tarub 1. Damel “kajang” utawi tratak, cagak saking deling ampel utawi wulung (pring), lan payon kadamel kepang , nginggil dipun sukani nam-naman “bleketepe”, pinggiring tratak dipun rengga janur kuning kapasang melengkung. 2. Tetuwuhan, kapasang ing ngajeng / regol ‘pintu masuk’. Tetuwuhan punika saking pisang raja, cengkir gading, tebu wulung, pari lan cantel, ron kluwih, ron kruton lan ron ringin. Miturut gotheking ngakathah sedaya wau kapilih mengku pralampita, satunggaling pangajab saking kang kagungan damel 3. Werdinipun Pisang raja” kapilih kang sepuh, wonten kalih tundhun” . kang werdinipun lambang pangajab ing tembe para putra kagungan watak/sipat kados raja ingkang berbudi bawa laksana, lan tansah dipun pitados tiyang kathah, sarta tansah mranani, kejawi saking punika mugi gesangipun lare kados dene pisang “rila pejah yen sampun wonten wohipun” 4. “Pari wulu” kalih unting’ utawi cantel (salah satunggal) lambang sang pinanganten kathah rejeki, boten kekirangan. 5. Klapa ganding ‘2 janjang’. Lambang ing tembe pinangantin saged gesang ing pundi papan, sarta saged migunani gesangipun mligi brayatipun sumrambah tiyang sanes 6. Tebu wulung’ 2 batang, kapasang kiwa tengen regol wau pinangka tolak balak, nanging ugi dados lambing mantepaning manah anggenipun kagungan kersa. Kejawi saking punika pangajabipun pengantin ing tembe gesang ipun sampun namung pados manisipun kemawon, kadosdene pepatah “habis manis sepah dibuang” 7. Ron keluwih’, dados lambang supados ing tembe wingking gesangipun saged tansah ‘linuwih’ , sarta gesangipun saged kacukupan ; bab raja brana sarta derajat dsb 8. Ron ringin, mengku werdi gesangipun sageda dados payunging kulawarga, sumrambah dateng masyarakat sakiwa tengenipun. ( nuwun sewu boten malah damel kapitunan ) 9. Ron kroton / puring, kejawi dados tolak bala mligi roh alus ingkang badhe ngganggu kawilujenganpin sarta badhe njugaraken sesambetanipun bebrayan Mila tarub satunggaling pratanda pasang tolak balak sambet anggenipun kulawarga badhe kagungan kersa mantu. Dene janur kuning kang mlengkung dados lambang bilih lare putri putranipun bapak ( N ) sampun wonten ingkang mengku. Mila pasangipun kedah melengkung mengku werdi ngrengkuh. Makaten sawantawis bab tatacara adat Jawi pasang tarub BAB UPACARA PANGGIH PENGANTEN GAGRAH NGAYOGYAKARTA Pepanggihan wanci punika badhe kula aturaken mligi: NDUDHAH WIGATOSING UPACARA PANGGIH LAMPAHING ADICARA PANGGIH Ngemuti bilih kabudayan Jawi estu luhur, liripun mengku sasmita, kebag ing pralampita, awit kebag ing pitutur utawi piwucal luhur kang sinandi. Ingkang tlonjongipun amargi kawios saking pangandikan utawi pangajab ingkang kagungan karsa, boten sanes murih sageda sami manggih kabegjan, gesang kang utami Dene Adat upacara panggih penganten punika pancen boten sami antawisipun daerah satunggal lan satunggalipun, kados dene gagrak Ngayogja kaliyan gagrak Solo, sarta daerah sanesipun, semanten ugi uba-rampenipun, sarta lampahing adicara. Pemanggih kula, sedaya wau ingkang dados sumber boten sanes saking kraton, utawi ingkang kagungan panguwaos wedal semanten. Mila gagrak Yogja ugi saking Kasultanan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat, semanten ugi gagrak Solo saking kasunanan Kraton Surakarta Hadiningrat. Nanging ingkang badhe kula aturaken, mligi upacara panggih gagrak Ngayogya, ingkang sampun sumebar sarta mekar sak jawining kraton. Kepara sampun dados paugeran saking para empu ingkang sami pinitados Dene upacara Manten kula pilah dados kalih perangan inggih punika: A. Upacara sangajenging tarub Purwakaning upacara: Manten kakung lan pangombyong yen dumugi ngajeng Tarub kendel, lumarape Sanggan ingkang dipun aturaken Rama-Ibu Manten Putri, kang werdinipun; atur wuninga bilih Manten kakung sampun rawuh, mila nyuwun palilah enggal kersa manggihaken putranipun putri. Yen sanggan sampun katampi, tumuli penganten putri kaboyong medal, dipun purwakani medalipun kembar mayang. Dene padatan kembar mayang kasenggolaken penganten kakung nembe kembar mayang dipun bucal, werdinipun mbucal sesukeripun saha paring pambiwara, yen wanci punika wonten manten . Balang-balang suruh / sadak: ( manten putri 3, kakung 4 ) yen sampun sami aben ajeng ( 2-3 m) lajeng sami balang-balangan. Werdinipun mengku pralambang anggenipun sami kapang (kesusu weruh) Wijikan, Manten putri mijiki maten kakung wonten ranupada, kanthi ngguyur toya sritaman 3 X. Werdinipun dados tanda anggenipun nucekaken Kakungipun, awit badhe mlebet / ngadani upacara ingkang langkung wigati utawi suci, ugi saged dipun wastani tanda tresnanipun ingkang putri. Mecah tigan ayam: Salajengipun manten jumeneng aben ajeng, tumuli Nyi Sembaga mundut tigan kathuthukan larapan maten kekalih, tumuli tigan kapecah / kabanting. Werdinipun dados tandha anggenipun pecah pikiranipun badhe manunggal, lan sageda saged numusi wiji dadi. Salajengipun penganten kekalih kaboyong mlebet B. Upacara ing nglebet dalem Manten dipun dherekaen mlebet dening Ibu pengaring, lan pangombyong Dene Urutaning lampah upacara : 1) Tampa kaya; Manten Kakung maringi guna kaya manten putri, Werdinipun kakung maringi guna kaya kang kasuntak kanthi tuntas kagem sisihanipun kang dipun tresnani, mila lajeng dipun bundheli, nanging tumusing manah tasih dereng pitados, mila lajeng katitipaken Ibunipun. 2) Dhahar klimah: Kakungipun mundut sekul kakepel 3X, kaparingaken ing lancaran kang kaasta manten putri, lajeng kadhahar sisihanipun piyambak, kang kakung namung mirsani kanthi mesem… bingah. Lajeng sami wijik, lan ngujuk sesarengan. 3) Sungkeman, yen besan badhe rawuh, prayogi dipun papak, yen sampun lenggah nembe sungkeman. Sepisanan sungkem tiyang sepuhipun putri, lajeng sungkem tiyang sepuhipun kakung ( besan) Adicara punika mligi yen mantenipun prawan kaliyan joko. Awit yen randha asal joko, lan sewalikipun, sarta tasih wonten sambet sederek, pranataning adicara boten sami. Kejawi punika yen putra manten putri mbajeng, asring dipun adani langkung rumiyin ngunjuk rujak degan, werdinipun pinangka pambuka tumuruning wahyu penganten ing kulawarga. (ingkang mbikak margi / bukak dasar ) Makaten sawentawis adat upacara Panggih Manten gagrah Ngayogjakarta. Ingkang sampun dados paugeran Atur Cecala bab Uba rampe upacara panggih, Ing Ngajeng Tarub: Sanggan (pisang raja setangket, ganten, sekar setaman, lan lawe wenang Gantal. suruh kalinting isinipun; gambir lan apu katangsuli tali lawe Ranupada ( lemek kagem mijiki suku ) lan siwur sekar setaman ( mlathi, kenanga lan mawar ) tigan ayam kampung Uba rampe upacara, Ing nglebet utawi ing pedaringan Kagem tampa kaya; inggih punika: v arta receh, cacah jangkep, saking kang alit dumugi ageng piyambak) v biji-bijian ( wiji = winih) ingkang saget tuwuh;dele, tholo, kacang ijo, beras, jagung lan sanesipun. v empon-empon: dlingo bengle v sekar sritaman, v Kacu wadha kagem wadah guna kaya wau. v Kagem dhahar klimah: sekul kuning, kanthi lawuh ati ayam kapindang antep, saged dipun pepaki upami ngagem lalapan, lan sanesipun v Piring kagem dhahar, Wijikan lan serbet / kacu v Unjukan pethak / teh ( lan rujag degan yen perlu ) Gendhing ingkang dipun agem: Gendhing Bindri : kagem ngiringi rawuhipun maten Kakung “Ladrang Penganten Pl Barang= kagem upacara wiwit balang-balang dumugi kabotong mlebet dalem “Ladrang “Ganti Wibawa Pl Barang, utawi kidung Dhandhanggula penganten kagem upcara kacar-kucur lan sungkeman. UPACARA PANGGIH PENGANTEN GAGRAH SOLO Cekaking rembag: Nglajengan punapa sampun iaturaken rikala Minggu kapengker, upacara panggih gagrak Ngayogyakarta. badhe kula sambet kados pundi yen gagarak Solo, lan ing pundi bedanipun. Nuwun sewue ingkang kula aturaken punika, mligi tata ados adat kabudayan sakjawining kraton ingkang sampun dipun tangsuli dening paugeran-paugeran, kepara sampun kekahaken dados paugeran umum, Upacara sangajenging tarub Panataning pangombyong (pormasi barisan) Maten kakung Cucuk lampah (ingkang pinangka wakil keluwarga) Sanggan Kembar Mayang sepasang Maten kakung lan 2 ; pengaring Kakung Pangombyong (kulawarga, warga sanesipun. Tiyang sepuh boten tumut ) Panataning lampah (pormasi barisan) Maten Putri Cucuk lampah, Putri Domas ( Penari gambyong,yen perlu ngagem ) Kembar Mayang sepasang Maten putri lan 2; pengaring Putri Tiyang Sepuh. Mligi warga nunggal bapa biyung ( boten perlu perlu pengombyong) Tata rakiting upacara Manten kakung rawuh dipun purwakani gending Kebo Giro ( monggang) Rombongan dumugi ngajeng Tarub, kang ngasta sanggan lajeng mlebet ( kados Yogja). tumuli Rombongan Manten putri medal . Litunan Kembar Mayang, kembar mayang saking kakung kacaosan keluarga, samangke kapajang sakiwa tengening dampar rinengga / pedaringan. Dene kembar mayang saking putri kabucal wonten jawi ( prapatan) Balang-balang sadak ( namung kaping sepisan) Manten Kakung ngidak tigan ing ranu pada Manten putri mijiki sukunipun. Manten kaboyong mlebet ngadani adicara kacar-kucur. Nalika mlebet maten kekalih dipun kemuli sindur, Ibunipun. Werdinipun tiyang sepuh nggendhong kekalih putranipun, Mila cakcakanipun Ramanipun wonten ngajeng maten, dene maten kekalih sami nyepengi bangkejan ramanipun, Ibunipun wonten wingking maten kaliyan nyepengi sindur ingkang dipun kemulaken, lanjeng mlebet, dipun rumiyine embar mayang saking kakung wau. Ingkang dipun pandegani cucuk lampah. B. Adicara kacar-kucur: 1) Upacara timbangan, tumindakipun: Ramane Lenggah, lanjeng maten sami dipun pangku pupu kiwa tengen ramanipun. Tumuli Ibune nyuwun pirsa:”Abot endi Pak?” Ramanipun paring wangsulan: “Padha wae “ 2) Upacara Tandur:: bibar mangku Ramanipun lajeng jumeneng, tumuli manten kekalik pundhakipundipun cepengi asta kiwa tengen lajeng kalenggahaken (katuncepaken) mimba tiyang tandur 3) Upacara Tampa Kaya, sami Yogya 4) Dahar Klimah, tumindakipun manten kakung mundut sekul kakepel kaping tiga, dipun paringaken piring ingkang dipun asta manten putri, lajeng sami dipuin dhahar sesarengan (Kembul dhahar) lajeng wijik, lan ngujuk sarengan. 5) Yen manten putri bajeng, lajeng diun adani ngunjuk rujag degan, tumidakipun: Ibu maten mundut rujag degan, kacaosaken garwanipun, yen sampun diujuk, sisihanipun nyuwun pirsa: ” Piye pak rasane? 6) Garwanipun mangsuli:”wah seger sumyah, lajeng rujak dipun suwun Ibunipun, lajeng kaunjuk, kanthi manthuk-manthuk, lajeng dipun paringaken putra manten kekalih, supados ugi ngicipi unjuk. 7) Sungkeman, dipun purwakani metuk besan, yen sampun lenggah, lajeng dipun purwakani sungkeman, caranipun kados Yogya. Wigatinging rembag Yen sungkeman: prayogi keris boten diagem, yen sampun rampung sungkeman keris dipun agem malih Adicara Panggih Manten gagrah Yogya lan Solo betenipun. antawisipun: 1) ngajeng tarub gagrak Solo; linton kembar mayang, balang-balang suruh namung mbalang kaping 1 X, Lajeng ngidak tigan, nembe wijikan. Mlebetipun penganten dipun kemuli sindur Ibunipun 2) Gagrak Yogya, boten wonten linton kembar mayang, balang-balangan suruh kaping 3 lan 4, lajeng Wijikan, tigan dipecak/dibanting. 3) Upacara kacar-kucur,: Yogya: boten wonten, timbangan ( trajon lan tandur ). Yogya, ingkang dhahar namung manten putri. Yen Solo kembul dhahar 3. Yen manten bajeng, gagrak Yogya ngunjukipun rujag degan bibar upacara kacar-kucur, saderengipun kacar-kucur. Yen Solo saderengipun kacar-kucur Makaten sawantawis gambaran upacara panggih manten gagrak Solo, pramila kula aumanggakaken. Nuwun Cathetan: Gendhing ingkang dipun agem: Gendhing Kebo Giro utawi Monggang kagem Maten kakung rawuh Kodhok Ngorek kalajengaken Ktw Laras Maya upacara panggih dumugi kalenggahaken. Kalajengaken Ladrang Mugi Rahayu kagem ngabekten TANTINGAN = putra dalem Kakung, PANANTUNAN = putra dalem PUTRI Macul tumpeng = Putrine luwih tuwa medot lawe = tasih misan Ancik-ancik pipisan = sepupu ( sak Eyang ) Nyecek mawa ( bugel) = yen kakunge wis tau krama Santren, 3 April 2008 R.Suwardanidjaja BAB UPACARA SANES SAMBETIPUN KALIYAN UPACARA PANGGIH MANTEN Upacara Maten Upacara Maten, ingkang kedadosanipun sambung-sinambung kados ingkang sampun nate kula aturaken antawisipun bab: ­ Nontoni,­ Lamaran, lan asok tukon,­ Siraman lan Nyantri sarta Midodareni.­ Ijab,­ Upacara panggih Kejawi punika ugi wonten upacara ingkang LANGKAHAN, kang dados tetimbangan inggih punika: Yen Nglangkahi : kasebat Upacara langkahan dipun adani umumipun nalika wanci malem midodadreni Yen Putra bajeng : kasebat Upacara bubak kawah ( dipun adani sasampunipun upacara ing ngajeng tarub, lan saderengipun upacara kacar-kucur ) Yen Putra Wuragil : kasebat Upacaara tumplak Punjen ( diadani sasampunipun upacara upacara panggih purna_ Dene yen ngemuti jaman semanten, upacara panggih dipun bedakaken yen kawontenanipun putra-putra penganten kados antawisipun: Upacara panggih yen Prawan kaliyan Jaka ingkang mastani tigas kawuryan, dene yen putra manten putri mbajeng dipurwakani Tiyang sepuh ngunjuk rujag degan. Dipun wastani “BUBAK KAWAH”. Ingkang sampun nate kula aturaken. Ingkang werdinipun Upacara punika mbok menawi punika mendhet saking berkahipun Kyai Ageng Pemanahan nalika angsal gaibing Pangeran yen badhe nurunaken dat ratu kang pinunjul, karana ngunjuk deganipun ki Giring, Mila ing upacara Panggih tiyang sepuh sami ngunjuk toya degan ugi putra penganten, pamrihipun ing bejang putranipun saged gadhah turun ingkang luhur utawi dados priyagung, ingkang gesangipun boten kekirang (ingkang umum sami mestani ngunjuk rujak degan) Upacara panggih Prawan asal jaka lan tasih naning tasih sederek piyambak, dene manut silsilah kang estri langkung sepuh, upacaranipun ingkang kakung saratipun inggih punika macul tumpeng kanthi mancik sak nginggiling pipisan, tumuli kalajengaken nrajang lawe wenang.. lajeng nembe dipun adani upacara panggih. Nanging yen kakungipun langkung sepuh, manten nrajang lawe wenang, mboten ngangge macul tumpeng Upacara Prawan kaliyan Dhudha kembang. Dene pangrakiting upacara inggi punika ; saderengipun upacara panggih dipun acarani manten putri nyiram bugel ( tumper) ngagem toya wonten ngajeng tarub, dados saderengipun upacara panggih. Werdinipun, manten putri arsa nampi lan adhe memper, nyirep punapa ingkang sampun nate dipun lampahi dening manten kakung duk semanten, inggih klebet kekajengan, kareman utawi watakipun Upacara Randha kembang kaliyan Jaka, dene upacaranipun sami, namung ingkang nyiram toya ingkang kakung Cekaking rembag: Upacara panggih jatosipun mengku werdi ingkang luhur, liripun pinanggihipun lare kekalih antawisipun jaler lan estri, ingkang nyuwun donga lan pangestu sedherekipun lan tangga tepalih, kanthi paring paseksen bilih titiwanci punika lare kekalih sami ngepyakaken anggipun badhe sami tembayatan inggih menika mbangun bale griya murik ing tembe brayat sami manggih rahayu nir ing sambe kala. Kanthi makaten murih lancaripun upacara layeng dipun tata, lan dipun acarakaken, ing mriki lahiripun tata upacara panggih Mila nuwun sewu yen badhe damel ada-ada piyambak inggih mangga, nanging ingkang jangkep, tegesipun runtut. Nuwun sewu upami ngagem busana model muslim inggih mangga, nanging yen dipun tata upacara sampun ngagem upacara Jawi inggih gagrak Solo utawi Ngayogja. Nuwun sewu kula mastani punika nama ngrisak kabudayan ingkang adi luhung.